Mahkamah Agung Edisi 5 - page 31

Nomor 5 Edisi September 2014 –
MAHKAMAH AGUNG
29
LAPORAN KHUSUS
ketua di pengadilan militer Medan itu menggantikan ketua
yang kosong, jadi kewenangan ada ditangan saya waktu itu.
Kemudian beliau menanyakan bagaimana pandangan
saya tentang MA. Saya balik bertanya, kenapa putusan-pu-
tusan kasasi dan PK kok lama sekali sampai ke pengadilan
pengaju, sehingga kami di pengadilan mengalami kesulit­
an. Menurut saya masalah-masalah administrasi itu masa-
lah pokok dan sangat ditunggu oleh para pencari keadilan.
Setelah itu Pak Artidjo bertanya lagi, apa yang bisa saya
jamin ketika nanti menjabat sebagai pemimpin. Saya bilang
saya akan menjadi contoh bagi karyawan. Contoh ketika
apel saya akan datang lebih pagi dan pulang belakangan.
Saya bilang kepada semua anak buah, kita tidak boleh me-
nerima sesuatu. Saya harus memulai dari diri sendiri, kalau
menginginkan anggota disiplin, maka saya lebih dulu un-
tuk berdisiplin.
Bagaimana Ibu memimpin ketika menjadi kepala?
Saya berikan
reward dan punishment
. Bagi siapa pun
yang berprestasi atau yang melanggar. OB (
office boy
) se-
kalipun, ketika memiliki prestasi, tetap saya kasih
reward
.
Sedangkan masalah disiplin saya termasuk keras. Saya
tidak pandang bulu, hukum sel bagi yang suka terlambat
dan sering tidak masuk. Bahkan ada tiga orang yang men-
coba untuk memberi suap kepada hakim, langsung saya
beri hukuman. Nah, untuk kebersamaan dengan para pe­
gawai, saya beserta hakim sepakat untuk mengumpulkan
uang, memang tidak seberapa, untuk makan siang bersa-
ma para karyawan setiap hari Senin dan Kamis. Jadi, kami
selalu makan siang bersama, di tempat yang sama, dengan
lauk yang tidak dibeda-bedakan. Kami juga mengadakan
pertemuan rutin sebulan sekali, biasanya membahas pe­
kerjaan yang sudah dan akan kami lakukan, atau men-
sosialisasikan kebijakan-kebijakan baru dari Mahkamah
Agung atau apa pun itu.
Apakah ada tantangan tersendiri selama Ibu men-
jabat sebagai ketua pengadilan militer?
Ya, itu tantangan tersendiri karena kita masih
kekurangan personil, tapi saya tidak bisa menuntut ba­
nyak. Saya punya pimpinan yang selalu memberikan se-
mangat, “Kamu itu tentara, diberi staf dua sampai tiga, ya
terima saja.” Jadi, saya maksimalkan saja potensi yang ada.
Bagaimana cara Ibu menyeimbangkan antara ka-
rir dan keluarga?
Puji Tuhan, anak-anak saya sudah besar, jadi tidak ter-
lalu repot. Semua memahami kondisi saya. Tetapi tetap saja
mereka menjadi prioritas. Setiap kali bertemu pasti
sharing
sama mereka, bagaimana keluhan-keluhan mereka. Ketika
pembagian rapor saya berusaha agar bisamengambil sendiri.
Saya ingin tahu seperti apa perkembangan anak-anak di se-
kolah. Bagi saya keluarga adalah insipirasi dan penyemangat.
Ketika saya sedang jenuh dengan pekerjaan, semua akan hi-
lang kala berkumpul dan bercanda dengan keluarga.
Bagaimana Ibu mengatur waktu untuk menambah
ilmu dan informasi?
Saya sangat suka membaca, tidak ada waktu kosong
yang saya lewati tanpa membaca. Bahkan saya merasa
waktu 24 jam itu kurang.
Ketika pengumuman saya lulus. Inilah jalan Tuhan.
Pesan untuk para perempuan yang ingin sukses
seperti Ibu?
Di setiap pertemuan dengan perempuan, hakim mau-
pun yang lain, saya selalu mengingatkan bahwa kita se-
bagai perempuan harus lebih. Kita harus ada di atas kaum
pria. Jika para pria mempunyai tiga, kita harus punya em-
pat. Kalau tidak begitu, para perempuan tidak bisa sukses.
Saya juga selalu memberi semangat buat adik-adik kita
yang perempuan, agar terus berkembang. Bahasa Inggris
misalnya, harus dipelajari, karena bahasa Inggris itu perlu
dan penting. (
MMA/AZ
)
1...,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,...92
Powered by FlippingBook