Mahkamah Agung Edisi 3 - page 58

TIRTA
- No. 3 Edisi Desember 2013
56
|
embawa Damai dalam
Kegaduhan
Kisah
Kelahiran Yesus dalam Injil Lukas diawali
dengan sebuah peristiwa kegaduhan saat Kaisar Agustus
menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia
(sensus penduduk). Sensus ini mewajibkan semua orang
mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Kai-
sar tidak terlalu peduli pada jumlah penduduk, tetapi jumlah
pajak yang akan diraupnya menjadi target utama. Program
Sensus ini amat menyusahkan banyak orang. Ada kega­
duhan saat itu. Kabar kelahiran seorang Juru Selamat di
Betlehem seakan tenggelam dalam hiruk pikuk kegaduhan
yang ada.
Natal kali ini hadir di tengah berbagai bencana alam,
bencana politik, krisis ekonomi, sampai peristiwa-peristi-
wa yang menandakan semakin hancurnya keadaban pu­
blik seperti korupsi. Hiruk-pikuk pemberitaan akan semua
hal itu secara terbuka dipertontokan dan diperdengarkan
di berbagai media baik cetak maupun elektronik. Orang
banyak bicara tentang banjir, letusan gunung, badai topan
dan badai korupsi dari pejabat biasa sampai dengan men-
teri. Kita juga disuguhkan dengan berita elektabilitas dan
pamor dari beberapa orang yang mulai sibuk cari simpatik
untuk pencapresan 2014. Kegaduhan hebat mulai terjadi
ketika moralitas pejabat publik penjaga gawang kepastian
hukum, Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar berada
di titik nadir. Natal 25 Desember 2013 hadir dalam situasi
yang seperti itu.
Ketika semua orang ribut pada sensus yang dimak-
lumkan Kaisar Agustus, warta kehadiran Yesus hanya
sampai di telinga orang-orang kecil, gembala-gembala di
padang yang tidak diperhitungkan siapapun. Kelompok
ini seakan-akan tidak masuk hitungan sensus. Mereka ini
yang justru diperhitungkan Allah untuk menjadi saksi. Para
pembawa damai adalah orang-orang yang seakan-akan ti-
dak penting, tidak punya apa-apa, tidak punya kuasa dan
bukan pula pemimpin atau pejabat.
Natal adalah Kasih
Peristiwa Natal adalah Peristiwa Kasih. Pada abad
Pertengahan ada diskusi sengit terkait pertanyaan, ”Me­
ngapa Allah menjadi manusia?” (Cur Deus homo est?)
Jawabannya hanya satu: karena Allah adalah Kasih (Deus
Caritas Est). Allah tidak akan pernah lupa akan Identitas
diri-Nya yang adalah Kasih. Oleh karena itu, Duns Sco-
tus, seorang pengajar ilmu teologi dalam gereja katolik dan
seorang Fransiskan (pengikut Santo Fransiskus dari Assi-
si) pernah mengatakan bahwa seandainya manusia tidak
jatuh dalam dosa, Allah akan tetap menjadi manusia. Putra
Allah telah menjadi manusia, mengenakan kemanusiaan
kita dengan segala kelemahannya. Oleh karena itu, ren-
cana ilahi terpenuhi dalam diri kita; dapat kita lihat, dapat
Oleh Fr. Mateus L. Batubara OFM (Pastor di Jakarta)
P
Pengungsi erupsi Gunung Sinabung sedang tidur lelap. Erupsi abu dengan kolom ab
1...,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57 59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,...92
Powered by FlippingBook