Mahkamah Agung Edisi 3 - page 61

sebagai manifestasi cinta umat manusia kepada Tuhan,
yang telah terlebih dahulu mencintai dan berkorban untuk
manusia, makhluk ciptaan-Nya. Sesuai dengan tema Natal
“Datanglah, ya Raja Damai”, Ketua Mahkamah Agung RI
menekankan bahwa damai adalah harapan dan cita-cita kita
semua, karena setiap umat mencintai kedamaian, keten-
teraman dan keharmonisan dalam masyarakat, berbangsa
dan bernegara, yang diintikan dalam kata “shalom”.
Kemeriahan perayaan Natal kali ini diisi selain acara
kebaktian, koor gabungan, koor PN Jakarta Barat, khotbah
Natal oleh Pdt. Ruffi Waney, S.Th., M.Th, dan renungan Na-
tal oleh Romo Suhardi Antoro, Pr, penarikan door prize, dan
sebuah drama Natal.
Makna Natal
Akan sangat keliru kalau kita memaknai Natal dengan
pola, cara dan ekspresi perayaan Natal dewasa ini yang
penuh dengan hiruk-pikuk pesta, kerlap-kerlip lampu, dan
perayaan spektakuler yang membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Berpesta sah-sah saja, tetapi apakah itu makna Na-
tal yang sesungguhnya?
Makna Natal yang sesungguhnya tidak terlepas dari se-
jarah penciptaan manusia, di mana pada mulanyaAllah men-
ciptakan manusia itu menurut gambar-Nya. Sebagai ciptaan
tertinggi, manusia diberi predikat sungguh amat baik. Dan
sebagai ciptaan yang mulia, suci tanpa cacat, manusia hi­
dup dalam garis kasihAllah, yaitu garis hidup dalam kekekal­
an. Akan tetapi kehidupan manusia berubah secara total ke-
tika manusia jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan,
kesucian dan kekudusan Allah, sebagaimana ditulis dalam
Kitab Suci, “karena semua orang telah berbuat dosa dan te­
lah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23) dan sebagai
upah dosa ialah maut (Roma 6:23), yang artinya manusia
berdosa hidup dalam garis keadilan Allah, yaitu hidup dalam
garis kematian kekal.
Sejak kejatuhan manusia dalam dosa dan putus
hubungan dengan Tuhan, maka berbagai cara dilakukan
oleh manusia untuk membangun hubungan dengan Tuhan,
baik melalui perbuatan yang baik, etika, ilmu dan pengeta-
huan, namun semua mengalami kegagalan. Dari sisi Tuhan
kepada manusia (khususnya bangsa Israel), Allah berinisiatif
melalui para Nabi, Hakim-Hakim maupun melalui Raja untuk
memulihkan keadaan manusia agar berdamai dengan Allah,
akan tetapi juga mengalami kegagalan total.
Allah kemudian melawat umat-Nya dengan mengutus
Anak-Nya yang tunggal, agar barang siapa yang percaya ti-
dak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. “Karena be-
gitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah me­
ngaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada Nya tidak binasa melainkan beroleh
hidup yang kekal” (Johanes 3:16).
Inilah makna Natal yang sesungguhnya: Allah melawat
umat-Nya, datang ke dunia, dengan mengosongkan diri dan
menjadi manusia dalam wujud anak Dara Maria bernama
Yesus, yang disebut juga Mesias.
Berita Natal membawa damai, damai yang sesung-
guhnya, damai dari Allah kepada manusia ciptaan-Nya. Al-
lah rela berkorban, dalam arti Tuhan Yesus (Mesias) tidak
mempertahankan kesetaraan dengan Allah Bapa/Pencipta,
melainkan rela mengosongkan diri-Nya dan mau menjadi
sama seperti manusia ciptaan, dengan visi yang jelas un-
tuk menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan sebagai
akibat dosa. Dalam segala kemahakuasaan-Nya, segala se-
suatu dilakukan agar dapat melawat umat-Nya dalam wujud
manusia.
Dengan semangat tema dan subtema Natal Mahkamah
Agung RI tahun ini, serta menggarisbawahi sambutan Yang
Mulia Ketua Mahkamah Agung RI, yaitu Natal sebagai ung-
kapan kasih dan pengorbanan setiap umat kepada Tuhan
yang telah terlebih dahulu berkorban, maka sudah semesti­
nya setiap umat Kristiani, khususnya di lingkungan Mah-
kamah Agung dan peradilan, mampu mengaktualisasikan
nilai-nilai perdamaian dalam kehidupan nyata, baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Sebagai
aparatur Negara yang bekerja di lembaga yudikatif, kita di-
harapkan dapat mewujudkan keadilan atas dasar kebenaran
yang membawa kedamaian bagi para pihak, serta meng­
hindarkan diri dari cinta uang, menyangkal diri dan meme­
rangi hawa nafsu. Haruslah kita hindarkan bahkan berantas
segala tindakan dan perilaku yang mencederai kedamaian,
seperti perilaku koruptif, perilaku intoleran terhadap kebe­
ragaman dan diskriminatif, saling curiga dan mencederai
satu sama lain. Dengan keteladanan Mesias perlu dikem-
bangkan hidup bersahaja dan sederhana, disiplin dan komit-
men, memiliki integritas, saling menghormati, melayani dan
memberikan bantuan serta mengembangkan kerjasama
yang bermanfaat. Tuhan memberkati dan menyertai kita
semua, Immanuel.
TIRTA
- No. 3 Edisi Desember 2013
|
59
1...,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60 62,63,64,65,66,67,68,69,70,71,...92
Powered by FlippingBook