Mahkamah Agung Edisi 2 - page 58

TIRTA
- No. 2 Edisi September 2013
56
|
Kembali pada Fitrah
MENUNAIKAN
ibadah puasa selama satu bulan
penuh di bulan Ramadan, yang ditutup dengan hari raya
Idul Fitri, mengandung makna yang begitu mendalam un-
tuk direnungkan ulang dalam kehidupan pasca Ramadan
dengan pertanyaan, apa yang kita peroleh dari rangkaian
peristiwa tersebut dan bagaimana posisi kita setelah
semua itu berlalu.
Puasa yang diperintahkan kepada orang yang ber­
iman sudah menjadi tradisi sejak awal kehidupan manusia
di muka bumi, apa pun agama yang mereka anut. Puasa
adalah proses pelatihan terencana dengan kurikulum Ilahi-
ah, karena itu sifatnya bukan hanya sekedar berlapar diri,
tetapi sekali lagi, sebuah pelatihan untuk meningkatkan
kualitas kemanusiaan.
Dalam bahasa Al-Qur’an, puasa adalah untuk mewu-
judkan ketakwaan dan orang yang bertakwa adalah orang
yang mempunyai kemampuan secara maksimal melak-
sanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi sega-
la yang dilarang-Nya. Karena itu, tidak mengherankan bila­
mana Al Qur’an menyebutkan sejumlah kelebihan orang
yang bertakwa, seperti orang yang paling mulia, orang
yang paling dikasihi Allah, orang yang baginya disediakan
surga kelak di hari akhirat, orang yang selalu dimudahkan
urusannya dan mendapatkan rezki yang tidak disang-
ka-sangka.
Upaya untuk mewujudkan itu tentu bukan hanya seke-
dar menahan makan-minum yang hanya akan menghasil-
kan lapar dan haus. Untuk mencapai tujuan tersebut diper-
lukan kepedulian khusus dan keseriusan dalam menjalani
ibadah tersebut. Dan tidak semua orang memperoleh hasil
yang sama, walaupun mereka sama-sama melakukan ritu­
al yang sama. Ada yang berhasil penuh, ada yang hanya
berhasil sekedarnya, ada pula yang hanya dapat menikmati
sedikit, dan tpidak mustahil ada pula yang tidak mendapat­
kan apa-apa kecuali hanya kelelahan.
Karena itu, setiap tahun diperlukan adanya kesiapan
khusus untuk menyambut kedatangan bulan puasa, men-
jalaninya secara terprogram, memanfaatkan momentum
khusus, dan tentunya bersiap kembali untuk menyambut
Ramadan yang akan datang secara lebih optimal.
Akhir Ramadan ditandai dengan Hari Raya Idul Fitri
yang makna harfiahnya “kembali fitrah” dalam artian kem-
bali pada manusia yang suci bagaikan bayi yang baru lahir.
Dengan demikian, ibadah puasa adalah proses mengem-
balikan manusia pada kesucian awalnya.
Idul Fitri ditandai dengan kegiatan saling memaafkan
lahir dan bathin sehingga tidak ada rasa dendam di antara
sesama manusia. Terbina persaudaraan di antara sesama
sebagai bekal hidup damai dan sejahtera.
Hal terpenting untuk kita perhatikan bersama, hasil
yang kita raih dalam menjalani puasa jangan dirusak dan
dinodai dengan hal yang tidak baik, betapapun kecilnya.
Begitu beratnya upaya kita untuk meraih ketakwaan dan
fitrah hidup, hendaknya itu tidak dikorbankan untuk kepen­
tingan yang tidak bermakna dan perbuatan kedosaan yang
memang selalu menggoda dalam berbagai momentum ke-
hidupan.
Oleh Dr. H. Abdurrahman, SH., MH. (hakim agung)
Halal bi halal di Mahkamah Agung RI
1...,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57 59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,...76
Powered by FlippingBook