Mahkamah Agung Edisi 4 - page 52

50
MAHKAMAH AGUNG
– Nomor 4 Edisi Mei 2014
SEBAGAI
bangsa beragama, wajarlah jika agama di-
jadikan sebagai landasan moral dalam bertindak dan
beraktivitas di dalam kehidupannya. Agama merupakan
pedoman dan panduan dalam berinteraksi dan berso-
sialisasi di lingkungan pekerjaan maupun lainnya. Aja-
ran agama dapat membentuk integritas seseorang dalam
berkarir dan bekerja. Tuntunan agama ibarat setir yang
mengarahkan manusia dalam melaksanakan berbagai tu-
gas dan kewajibannya.
Nabi Muhammad SAW (salawat dan salam atas beliau)
bersabda, “Agama adalah budi pekerti yang baik (Addinu
husnul khuluq)”. Nabi juga bersabda: “Bergaullah dengan
orang lain, berhiaskan budi pekerti yang baik.”
Kesalehan seseorang dalam beragama merupakan per-
paduan antara iman yang murni (aqidah salimah), yaitu
pengesaan Tuhan sebagaimana sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa, ibadah ritual yang benar (iba-
dah shahihah) seperti yang diajarkan oleh para ulama dan
para ahli agama, serta akhlak yang mulia (akhlaq karimah).
Iman dan ibadah merupakan aktivitas vertikal antara
manusia dan Tuhannya, sedangkan akhlak merupakan
aktivitas horizontal antara sesama manusia yang melintasi
sentimen ras, agama, maupun suku yang berbeda sekali-
pun. Kesalehan beragama harus integral, tidak boleh par-
sial. Kesalehan vertikal yang sifatnya hanya personal harus
melahirkan kesalehan horizontal yang berdampak sosial,
sebagaimana dibunyikan dalam sila kedua dan seterusnya,
yaitu kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Nabi Muhammad SAW (salawat dan salam atas be-
liau) bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat ben-
tuk penampilanmu, melainkan Allah akan melihat hatimu
dan prestasi kerjamu.”
Tindakan seseorang adalah cerminan apa yang dikan­
dung di dalam hatinya. Perbuatan baik merupakan gam-
baran kebaikan hati seseorang. Jasmani menerjemahkan
rohani. Hati yang gembira akan tampak di raut wajah dan
gerak tubuh seseorang, demikian pula sebaliknya.
Orang bijak mengibaratkan hati bagaikan teko. Keti-
ka berisi susu, maka teko akan menuangkan susu. Ketika
berisi kopi, bahkan racun, sekalipun pasti akan menuang-
kan apa pun sesuai dengan isinya. Demikan halnya hati
yang sehat yang berisi kasih sayang, persangkaan yang
baik, rasa terima kasih, rasa sabar, rasa santun dan si-
fat-sifat yang bergizi lainnya akan melahirkan perbuatan
yang dilandasi kasih sayang, baik sangka, syukur, sabar
dan santun pula. Sementara hati yang sakit yang berisi ra-
cun bagi rohani seseorang hanya akan melahirkan sikap
dendam, iri hati, tamak, rakus, putus asa dan perbuatan
buruk lainnya, sehingga seseorang menjadi rendah dalam
pandangan agama dan manusia, sekalipun mungkin se-
cara penampilan fisik dan pakaian tampak perlente dan
berkelas.
Manusia telah diciptakan oleh Allah SWT dalam se-
baik-baik bentuk (lihat Alquran Surat At-Tin/95:4). Ma-
nusia juga dilengkapi dengan kemampuan intelektul,
spiritual dan emosinal. Seseorang tidak cukup hanya
dengan memperindah penampilan bentuk fisik dan pa-
kaiannya, sementara dia mengabaikan keindahan sisi-sisi
kemanusiaan lainnya. Seseorang yang cantik menawan
maupun tampan rupawan, ketika tidak mengasah intelek-
tualitas dengan beragam ilmu dan pengetahuan, maka dia
mudah tersisih dalam sudut-sudut kehidupan.
Seseorang juga tidak cukup hanya mengandalkan ke-
cerdasan prestasi akademiknya, sementara dia mengabai­
kan kesalehan spiritualitasnya. Dia mudah terjerumus da-
lam perbuatan asusila dan nafsu keserakahan, karena dia
tidak lagi peduli akan perbuatan dosa dan angkara murka.
Dia mudah melakukan perbuatan yang dapat merendah-
TIRTA
Antara
Penampilan dan Tindakan
Oleh Mahrus, Lc., MH.*
Janganlah melihat orang dari penampilannya.
Kalau hendak mengenalinya, maka lihatlah budi
pekertinya.
Ingat, kayu gaharu, jika tidak menyebarkan semer-
bak wanginya.
Maka orang tidak dapat membedakan antara kayu
gaharu dan kebanyakan kayu lainnya.
(Bait-bait Hikmah)
1...,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51 53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,...84
Powered by FlippingBook