Mahkamah Agung Edisi 6 - page 37

Nomor 6 Edisi Desember 2014 –
MAHKAMAH AGUNG
35
c
WAWANCARA BUKU
PERBEDAAN
Bukan Pembedaan
Resensi
Sekilas Jender
Meskipun kata gender ataupun jender belum masuk
dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di
Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Per-
lindungan Anak dengan ejaan “jender”. Jender diartikan
sebagai interpretasi mental dan kultural terhadap perbe-
daan kelamin antara laki-laki dan perempuan. Jender bi-
asanya digunakan untuk menunjukkan pembagian kerja
yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan.
Dalam
Webster’s New World Dictionary
, jender diarti-
kan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan, dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dan
dalam
Women’s Studies Encyclopedia
dijelaskan bahwa
Judul Buku:
Argumen Kesetaraan Jender, Perspektif
Al-Qur’an
Penulis:
Nasaruddin Umar
Penerbit:
Paramadina
Cetakan:
ke-2, Agustus 2001
Jumlah halaman: 334 halaman
HAKIKATNYA
, laki-laki dan perempuan memang
diciptakan berbeda oleh Tuhan. Tetapi perlu diingat bahwa
perbedaan ini bukanlah pembedaan. Karena laki-laki dan
perempuan sama. Sama-sama sebagai hamba, sama-sama
diberi tugas sebagai khalifah, sama-sama menerima perjanji-
an primordial, sama-sama terlibat secara aktif dalam drama
kosmis. Dan yang tak kalah pentingnya laki-laki dan perem-
puan sama-sama memiliki potensi yang sama untuk meraih
prestasi, baik prestasi dunia maupun prestasi akhirat.
Namun, nyatanya pembedaan tetaplah terjadi akibat
budaya turun-menurun atau salah menafsir ayat. Perem-
puan hingga berabad-abad, baik dalam negara yang me­
nerapkan ajaran Islam maupun yang tidak, menempatkan
perempuan di tempat yang tidak wajar. Keadaannya hanya
menjadi pelengkap, bukan mitra bagi laki-laki. Persoalan
jender, mau tidak mau harus diakui, hingga kini belum
bisa terselesaikan.
Memp e r j u ang k an
keadilan gender meru-
pakan tugas yang berat,
karena masalah gender
adalah masalah yang sa­
ngat intens, di mana baik
laki-laki maupun perem-
puan terlibat secara emo-
sional. Sering kali terjadi
perlawanan
manakala
perjuangan ketidakadilan
gender diaktifkan, kare-
na menggugat masalah
jender
sesungguhnya
juga berarti menggugat
privasi yang kita dapat-
kan dari adanya ketidak­
adilan jender.
1...,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36 38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,...80
Powered by FlippingBook