Mahkamah Agung Edisi 6 - page 34

32
MAHKAMAH AGUNG
– Nomor 6 Edisi Desember 2014
e
.
do
WAWANCARA
Sebagai hakim agung, pembenahan apa
saja yang sudah dilakukan untuk mem-
perkuat kinerja peradilan atau MA?
Untuk bidang militer, sebenarnya un-
dang-undang yang dipakai sudah harus dire­
visi sesuai dengan kebutuhan sekarang. Ka-
rena undang-undang yang sekarang berlaku
sejak tahun 1997 sudah ketinggalan. Sebe-
narnya sudah saya buat untuk merevisi un-
dang-undang itu. Itu sudah sampai ke DPR,
tetapi sampai sekarang belum pernah dibahas
oleh DPR. Kira-kira sudah enam tahun yang
lalu. Beberapa kali sudah ditanyakan, tapi be-
lum juga dibahas. Saya tidak tahu kenapa.
Bagaimana menyikapi ketidakpuasan
masyarakat terhadap kinerja hakim agung atau
jika ada berita ‘miring’ misalnya?
Biasa-biasa saja. Karena tugas hakim adalah memutus
perkara. Dalam putusan tersebut selalu ada pihak yang
menang dan yang kalah. Yang kalah biasanya tidak puas.
Bisa saja secara sepihak membuat berita-berita ‘miring’.
Kita tidak bisa toh memuaskan semua pihak, karena yang
hakim lakukan sesuai dengan undang-undang.
Sebagai militer yang bertugas di lingkungan si­
pil (MA), apakah ada perbedaan kultur kerja?
Bagaimana Bapak menyesuaikan diri?
Di mana-mana saya harus bisamenyesuaikan diri. Apala-
gi tentara, istilahnya siap lapar dan juga siap kenyang. Di
Mahkamah Agung tidak ada masalah dengan kultur kerja.
Hakim itu tugasnya memeriksa dan memutuskan perkara.
Cuma memang kegiatan di MA ini monoton. Para hakim
agung itu jarang sekali bertemu, kecuali ada acara tahunan
MA, misalnya
event
ulang tahun dan laporan tahunan. Pa­
ling-paling salat Jumat kadang bisa bertemu satu sama lain.
Tapi tidak bisa semua.
Saya usul, bagaimana kalau diadakan makan siang bersa-
ma, misalnya dengan cara
buffet.
Dengan demikian silatu-
rahmi lancar. Tidak seperti sekarang, saya dengan kamar
hakim agung yang di sebelah saja jarang sekali bertemu.
Wah, usulnya boleh juga, Pak. Kalau motto hidup
Bapak?
Motto saya, “Bekerja dan bekerja.” Saya dikira ikut-
ikutan slogan Presiden Jokowi. Padahal, jauh sebelum
Presiden Jokowi memproklamirkan itu, saya sudah mem-
punyai prinsip itu dalam bekerja.
Banyak yang bilang Bapak galak?
Hahahaha. Karena di militer biasa dididik disiplin, te-
gas, dan tepat waktu. Jadi, saya terlihat galak. Pada dasar­
nya saya tidak mau orang di sekitar saya itu berbuat salah.
Jika ada yang berbuat salah, saya marah. Kalau tidak sa-
lah, masa saya marah-marah. Itu tidak mungkin.
Tapi menurut beberapa kolega, Bapak seorang yang
humoris.
Begitu katanya, dengan gaya Jawa Timuran, saya dika-
takan humoris.
Bagaimana dukungan keluarga terhadap karier
Bapak?
Dukungan keluarga luar biasa besarnya bagi saya. Istri
dan anak-anak sangat mengerti profesi saya. Mereka pa-
ham betul saya selalu membawa pulang pekerjaan. Hari
Jumat saatnya membawa berkas perkara ke rumah. Hari
Senin sudah selesai, saya bawa kembali ke kantor. Saya
mengerjakan di rumah, tentunya pada saat
weekend.
Saya
segera sadar bahwa ini waktu untuk keluarga, kemudian
kami pergi makan bersama atau pergi jalan-jalan. Setelah
itu saya kembali membaca berkas hahaha.
Momen apa yang paling membahagiakan Bapak?
Yang paling membahagiakan sekarang adalah kum-
pul dengan anak cucu. Segala kepenatan akan hilang jika
sudah bertemu cucu. Dulu saya sering mendengar kata
orang, jika sudah punya cucu, peran anak sudah beralih
ke cucu. Ternyata saya merasakan sendiri, betul-betul ter-
bukti. Makanya kalian cepat-cepat punya cucu, hahaaaa.
Ini soal pensiun. Persiapan apa saja yang dilakukan
menjelang purna bakti? Akan istirahat total dari
dunia yg selama ini digeluti atau ada aktivitas lain?
Persiapan khusus, belum. Tapi, pasti saya tidak tinggal
diam. Pasti saya akan mengerjakan sesuatu. Kita lihat saja
nanti, ya...***
Cita-cita sejak kecil ingin bekerja yang pakai jas. Tak
membayangkan dan tak menyangka, sekarang bekerja
sering menggunakan jas.
1...,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33 35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,...80
Powered by FlippingBook