Mahkamah Agung Edisi 6 - page 39

Nomor 6 Edisi Desember 2014 –
MAHKAMAH AGUNG
37
c
KINI
kita kerap membincangkan dan mencari mod-
el kepemimpinan yang bisa dijadikan rujukan bangsa ini.
Amat banyak pemimpin di negeri berpenduduk 240 juta
jiwa ini, tetapi faktanya belum banyak yang mempunyai
jejak menggembirakan. Korupsi masih menjadi selimut
tebal para pemimpin kita. Negeri ini masih menyandang
predikat negeri korup.
Dalam sejarah bangsa Arab, sesungguhnya ada so-
sok pemimpin yang bersih, yang bisa menjadi rujukan.
Dia adalah Umar bin Khattab. Pemimpin yang bergelar
al-Faruq (memisahkan yang hak dan yang batil). Ia pem-
berani, amat tegas, jujur, adil, amanah, dan itu semua ia
persembahkan untuk rakyatnya. Jejak kepemimpinannya
sangat inspiratif, dan tentu amat relevan bagi kehidupan
hari ini, khususnya Indonesia sebagai negeri muslim ter-
besar di dunia.
Buku yang berjudul Umar bin Khattab karya sejar-
awan Islam terkemuka, Muhammad Husain Haekal, yang
diterbitkan PT Pustaka Litera AntarNusa, 2011, sungguh
masih layak disimak. Umar bin Khattab adalah pemimpin
Umar bin Khattab
Inspirasi Kejujuran dan Keadilan
Oleh Gibran Tabamas Sudradjat*)
Arab setelah wafatnya Muhammad SAW dan Abu Bakr
as-Siddiq. Abu Bakr menunjuk Umar sebagai penggantin-
ya dengan pertimbangan Umar sangat keras dalam men-
egakkan keadilan. Ia satu kata dengan perbuatan.
Umar anak al-Khattab bin Nufail bin Abdul-Uzza
bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin
Ka’b. Ayahnya merupakan tokoh menonjol dalam ilmu
pengetahuan ketika itu. Melalui ayahnyalah, Umar mem-
pelajari geneaologi tentang kabilah bangsa Arab. Ibunya
Hantamah binti Hasyim bin al-Mugirah bin Abdullah bin
Umar bin Makhzum.
Umar memiliki wajah putih agak kemerahan, den-
gan tangan yang kidal dan langkah yang lebar, sehing-
ga cepat sekali jika berjalan. Berbeda dengan umumn-
ya anak-anak pada masa itu, meski berandalan, Umar
tekun belajar baca-tulis sehingga punya apresiasi bagus
terhadap karya sastra dan ilmu pengetahuan. Ia sering
membaca karya-karya penyair mukhadram (era transisi
Jahiliyah-Islam) seperti al-Hutai’ah, Hassan bin Sabit, dan
az-Zibriqan. Sama seperti ayahnya, Umar juga berdagang,
tapi tidak pernah menjadi orang kaya. Umar lebih tertarik
menambah aneka pengetahuan daripada mengumpulkan
uang.
Sebelum masuk Islam, Umar memusuhi Muhammad
dan sahabat-sahabatnya, karena baginya, agama leluhur
adalah jalan hidup yang harus dipedomani orang Arab.
Umar menganggap Islam memecah bangsa Arab yang
sudah lama menyembah berhala. Selain itu, Umar yang
bersosok tinggi besar adalah jago gulat terpandang, pe-
mabuk, dan hobi main perempuan. Tetapi, pengetahuan
Umar juga jembar. Wajar jika ia jago debat.
BUKU
Judul Buku:
Umar bin Khattab (judul asli al Faruq
Umar)
Penulis:
Muhammad Husain Haekal
Penerjemah:
Ali Audah
Penerbit:
PT Pustaka Litera AntarNusa
Cetakan:
2011 (cetakan ke-12)
Tebal:
803 halaman
Resensi
1...,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38 40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,...80
Powered by FlippingBook